Senin, 02 April 2012

Bireuen dan Gayo Dalam Lintas Sejarah



Aceh Tengah, dan Bener Meriah harus dikuak sebagai kawasan yang terkait erat, Selain keterkaitan sejarah perjuangan juga telah terjalin hubungan perekonomian sejak lama, dimana masyarakat kedua daerah hidup saling ketergantungan.

Demikian dikatakan Kabag Humas Setdakab Bireuen, Darwansyah SE saat menyambut kedatangan Sutradara film sejarah perjuangan Radio Rimba Raya, Ikmal Gopi di Meuligo (Pendopo) Bupati setempat. Radio Perjuangan Rimba Raya difahami masyarakat Bireuen sebagai sejarah yang secara emosional saling terkait antara Bireuen dan Gayo.

Hubungan orang Gayo dengan Bireuen telah terjalin sejak lama. Pada masa lalu dimana akses jalan ke Takengon masih sulit ditempuh, orang Gayo menjual barang ke Bireuen dengan menggunakan gerobak yang ditarik dengan kerbau, dan sebaliknya, begitu juga orang Bireuen menjual kelapa juga dengan cara yang sama.

“Perekonomian di Bireuen sangat dibantu oleh urang Gayo. Kalau kopi di Gayo harganya stabil, maka urang Gayo akan berbelanja ke Bireuen, berarti hubungan antara Urang Gayo dan Takengen sudah terjalin sejak lama”, lanjut Darwansyah.

Darwansyah memang kabag Humas yang faham betul dengan sejarah. Sebelum dia sempat bercerita juga soal Radio Rimba Raya yang secara umum dia menjelaskan dengan tepat, dan itu diakui sutradara Ikmal Gopi.

Hubungan lainnya yang melekat, soal Meuligo Bireuen yang nerupakan bangunan bersejarah berupa bangunan tempat tinggal Kolonel Husin Yusuf yang dalam sejarahnya merupakan seorang komandan Divisi X wilayah Aceh. Kolonel Husen Yusuf adalah seorang tokoh dalam sejarah perjuangan Radio Rimba Raya. Bangunan ini masih asli, belum ada penambahan yang serius terlihat di bagian lantai dan dindingnya masih menggunakan bahan dari kayu.

Kalau dari pabdangan Ikmal Gopi sendiri, ada yang menarik dari sisi bangunan ini, bangunan ini sempat dijadikan penginapan bagi Presiden pertama Indonesia, Soekarno yang datang ke Aceh ditahun 1948, khususnya Bireuen sempat tinggal selama seminggu yang salah satu tujuannya meminta dukungan supaya Aceh turut mempertahankan kemerdekaan RI. Soekarno juga meminta bantuan dana pembelian pesawat untuk dijadikan transportasi diplomasi pemimpin Republik saat itu, maka keluarlah ucapan Soekarno bahwa Aceh adalah “Daerah modal’.

Dan karena itu, walau hanya seminggu, Bireuen pernah menjadi ibukota RI yang ketiga setelah Yogyakarta dan Bukit Tinggi jatuh ke tangan penjajah dalam agresi kedua Belanda. Namun sayangnya fakta sejarah itu tidak pernah tercatat dalam sejarah Kemerdekaan RI seperti halnya hebatnya sejarah perjuangan Radio Rimba Raya.

Dihalaman Meuligo juga terdapat peninggalan situs sejarah yang masih terpasang ditempat aslinya, situs itu adalah sebuah meriam besi yang merupakan peninggalan sejarah perang kemerdekaan masa lalu. Ini adalah suatu catatan yang patut ditiru dari kabupaten yang berjuluk “Kota Juang” ini, bagaimana cara mereka menjaga keaslian benda dan keasrian tempat bersejarah dengan baik.

Sebagaimana diberitakan Lintas Gayo sebelumnya, Sabtu (14/10/2011) malam direncanakan akan diputarkan film sejarah penting saat mempertahankan kedaulatan RI dari keinginan Belanda untuk kembali menjajah. Rencananya pemutaran film tersebut akan dihadiri sejumlah tokoh dan saksi sejarah perjuangan Radio Rimba Raya.

Turut serta dalam rombongan Ikmal Gopi, Aman Jus yang merupakan saksi hidup sejarah radio tersebut dan sempat berinteraksi dengan Kolonel Husin Yusuf, komandan Divisi X wilayah Aceh di kawasan Rimba Raya saat itu.

Atp

Tidak ada komentar:

Posting Komentar