Rabu, 25 April 2012

SEJARAH ISLAM NUSANTARA / RISALAH ISLAM INDONESIA (BAG 1)

Sejarah Islam Nusantara

Risalah Islam Indonesia (Bag 1)

Muslim Indonesia punya sejarah luar biasa. Sahabat Rasulullah, pernah pula langsung berdakwah di Nusantara.
Melacak sejarah masuknya Islam ke Indonesia bukanlah urusan mudah. Tak banyak jejak yang bisa dilacak. Ada beberapa pertanyaan awal yang bisa diajukan untuk menelusurikedatangan Islam di Indonesia. Beberapa pertanyaan itu adalah, darimana Islam datang?Siapa yang membawanya dan kapan kedatangannya? Ada beberapa teori yang hingga kini masih sering dibahas, baik oleh sarjana-sarjanaBarat maupun kalangan intelektual Islam sendiri. Setidaknya ada tiga teori yangmenjelaskan kedatangan Islam ke Timur Jauh termasuk ke Nusantara.
Teori pertama diusung oleh Snouck Hurgronje yang mengatakan Islam masuk ke Indonesia dariwilayah-wilayah di anak benua India. Tempat-tempat seperti Gujarat, Bengali dan Malabar disebut sebagai asal masuknya Islam di Nusantara.Dalam L’arabie et les Indes Neerlandaises, Snouck mengatakan teori tersebut didasarkan pada pengamatan tidak terlihatnya peran dan nilai-nilai Arab yang ada dalam Islam

padamasa-masa awal, yakni pada abad ke-12 atau 13. Snouck juga mengatakan, teorinya didukung dengan hubungan yang sudah terjalin lama antara wilayah Nusantara dengandaratan India.Sebetulnya, teori ini dimunculkan pertama kali oleh Pijnappel,

seorang sarjana dari Universitas Leiden. Namun, nama Snouck Hurgronje yang paling besar memasarkan teori Gujarat ini. Salah satu alasannya adalah, karena Snouck dipandang sebagai sosok yangmendalami Islam. Teori ini diikuti dan dikembangkan oleh banyak sarjana Barat lainnya.Teori kedua, adalah Teori Persia. Tanah Persia disebut-sebut sebagai tempat awal Islamdatang di Nusantara. Teori ini berdasarkan kesamaan budaya yang dimiliki oleh beberapakelompok masyarakat Islam dengan penduduk Persia. Misalnya saja tentang peringatan10 Muharam yang dijadikan sebagai hari peringatan wafatnya Hasan dan Husein, cucuRasulullah. Selain itu, di beberapa tempat di Sumatera Barat ada pula tradisi Tabut, yang berarti keranda, juga untuk memperingati Hasan dan Husein. Ada pula pendukung laindari teori ini yakni beberapa serapan bahasa yang diyakini datang dari Iran. Misalnya jabar dari zabar, jer dari ze-er dan beberapa yang lainnya.Teori ini menyakini Islam masuk ke wilayah Nusantara pada abad ke-13. Dan wilayah pertama yang dijamah adalah Samudera Pasai.Kedua teori di atas mendatang kritikan yang cukup signifikan dari teori ketiga, yakniTeori Arabia. Dalam teori ini disebutkan, bahwa Islam yang masuk ke Indonesia datanglangsung dari Makkah atau Madinah. Waktu kedatangannya pun bukan pada abad ke-12atau 13, melainkan pada awal abad ke-7. Artinya, menurut teori ini, Islam masuk keIndonesia pada awal abad hijriah, bahkan pada masa khulafaur rasyidin memerintah.Islam sudah mulai ekspidesinya ke Nusantara ketika sahabat Abu Bakar, Umar binKhattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib memegang kendali sebagai amirul mukminin.
Bahkan sumber-sumber literatur Cina menyebutkan, menjelang seperempat abad ke-7,sudah berdiri perkampungan Arab Muslim di pesisir pantai Sumatera. Di perkampungan- perkampungan ini diberitakan, orang-orang Arab bermukim dan menikah dengan penduduk lokal dan membentuk komunitas-komunitas Muslim.Dalam kitab sejarah Cina yang berjudul Chiu T’hang Shu disebutkan pernah mendapatkunjungan diplomatik dari orang-o-rang Ta Shih, sebutan untuk orang Arab, pada tahun tahun 651 Masehi atau 31 Hijirah. Empat tahun kemudian, dinasti yang sama kedatanganduta yang dikirim oleh Tan mi mo ni’. Tan mi mo ni’ adalah sebutan untuk Amirul Mukminin.
Dalam catatan tersebut, duta Tan mi mo ni’ menyebutkan bahwa mereka telah mendirikan Daulah Islamiyah dan sudah tiga kali berganti kepemimpinan. Artinya, dutaMuslim tersebut datang pada masa kepemimpinan Utsman bin Affan.
Biasanya, para pengembara Arab ini tak hanya berlayar sampai di Cina saja, tapi juga terus menjelajah sampai di Timur Jauh, termasuk Indonesia. Jauh sebelum penjelajah dariEropa punya kemampuan mengarungi dunia, terlebih dulu pelayar-pelayar dari Arab danTimur Tengah sudah mampu melayari rute dunia dengan intensitas yang cukup padat. Iniadalah rute pelayaran paling panjang yang pernah ada sebelum abad 16.Hal ini juga bisa dilacak dari catatan para peziarah Budha Cina yang kerap kalimenumpang kapal-kapal ekspedisi milik orang-orang Arab sejak menjelang abad ke-7untuk pergi ke India.
Bahkan pada era yang lebih belakangan, pengembara Arab yangmasyhur, Ibnu Bathutah mencatat perjalanannya ke beberapa wilayah Nusantara. Tapisayangnya, tak dijelaskan dalam catatan Ibnu Bathutah daerah-daerah mana saja yang pernah ia kunjungi.Kian tahun, kian bertambah duta-duta dari Timur Tengah yang datang ke wilayah Nusantara. Pada masa Dinasti Umayyah, ada sebanyak 17 duta Muslim yang datang keCina.
Pada Dinasti Abbasiyah dikirim 18 duta ke negeri Cina. Bahkan pada pertengahanabad ke-7 sudah berdiri beberapa perkampungan Muslim di Kanfu atau Kanton.Tentu saja, tak hanya ke negeri Cina perjalanan dilakukan. Beberapa catatanmenyebutkan duta-duta Muslim juga mengunjungi Zabaj atau Sribuza atau yang lebihkita kenal dengan Kerajaan Sriwijaya. Hal ini sangat bisa diterima karena zaman ituadalah masa-masa keemasan Kerajaan Sriwijaya. Tidak ada satu ekspedisi yang akanmenuju ke Cina tanpa melawat terlebih dulu ke Sriwijaya.Sebuah literatur kuno Arab yang berjudul Aja’ib al Hind yang ditulis oleh Buzurg binShahriyar al Ramhurmuzi pada tahun 1000 memberikan gambaran bahwa ada perkampungan-perkampungan Muslim yang terbangun di wilayah Kerajaan Sriwijaya.Hubungan Sriwijaya dengan kekhalifahan Islam di Timur Tengah terus berlanjut hinggadi masa khalifah Umar bin Abdul Azis. Ibn Abd Al Rabbih dalam karyanya Al Iqd al Farid yang dikutip oleh Azyumardi Azra dalam bukunya
Jaringan Ulama Timur Tengahdan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII
menyebutkan ada proses korespondensiyang berlangsung antara raja Sriwijaya kala itu Sri Indravarman dengan khalifah yang terkenal adil tersebut.“Dari Raja di Raja [Malik al Amlak] yang adalah keturunan seribu raja; yang istrinya juga cucu seribu raja; yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah; yang diwilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil; kepadaRaja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Tuhan. Saya telahmengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekadar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada sayaseseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada sayatentang hukum-hukumnya,” demikian antara lain bunyi surat Raja Sriwijaya SriIndravarman kepada Khalifah Umar bin Abdul Azis. Diperkirakan hubungan diplomatik antara kedua pemimpin wilayah ini berlangsung pada tahun 100 hijriah atau 718 masehi.Tak dapat diketahui apakah selanjutnya Sri Indravarman memeluk Islam atau tidak. Tapihubungan antara Sriwijaya Dan pemerintahan Islam di Arab menjadi penanda babak baruIslam di Indonesia. Jika awalnya Islam masuk memainkan peranan hubungan ekonomidan dagang, maka kini telah berkembang menjadi hubungan politik keagamaan. Dan pada kurun waktu ini pula Islam mengawali kiprahnya memasuki kehidupan raja-raja dankekuasaan di wilayah-wilayah Nusantara.Pada awal abad ke-12, Sriwijaya mengalami masalah serius yang berakibat padakemunduran kerajaan. Kemunduran Sriwijaya ini pula yang berpengaruh pada perkembangan Islam di Nusantara. Kemerosotan ekonomi ini pula yang membuatSriwijaya menaikkan upeti kepada kapal-kapal asing yang memasuki wilayahnya. Danhal ini mengubah arus perdagangan yang telah berperan dalam penyebaran Islam.Selain Sabaj atau Sribuza atau juga Sriwijaya disebut-sebut telah dijamah oleh dakwahIslam, daerah-daerah lain di Pulau Sumatera seperti Aceh dan Minangkabau menjadilahan dakwah.
Bahkan di Minangkabau ada tambo yang mengisahkan tentang alamMinangkabau yang tercipta dari Nur Muhammad. Ini adalah salah satu jejak Islam yang berakar sejak mula masuk ke Nusantara.Di saat-saat itulah, Islam telah memainkan peran penting di ujung Pulau Sumatera.Kerajaan Samudera Pasai menjadi kerajaan Islam pertama yang dikenal dalam sejarah. Namun ada pendapat lain dari Prof. Ali Hasjmy dalam makalahnya pada Seminar SejarahMasuk dan Berkembangnya Islam di Aceh yang digelar pada tahun 1978. Menurut AliHasjmy, kerajaan Islam pertama adalah Kerajaan Perlak.Masih banyak perdebatan memang, tentang hal ini. Tapi apapun, pada periode inilahIslam telah memegang peranan yang signifikan dalam sebuah kekuasaan. Pada periodeini pula hubungan antara Aceh dan kilafah Islam di Arab kian erat.
Selain pada pedagang, sebetulnya Islam juga didakwahkan oleh para ulama yangmemang berniat datang dan mengajarkan ajaran tauhid. Tidak saja para ulama dan pedagang yang datang ke Indonesia, tapi orang-orang Indonesia sendiri banyak pula yanghendak mendalami Islam dan datang langsung ke sumbernya, di Makkah atau Madinah.Kapal-kapal dan ekspedisi dari Aceh, terus berlayar menuju Timur Tengah pada awalabad ke-16. Bahkan pada tahun 974 hijriah atau 1566 masehi dilaporkan, ada lima kapaldari Kerajaan Asyi (Aceh) yang berlabuh di bandar pelabuhan Jeddah.Ukhuwah yang erat antara Aceh dan kekhalifahan Islam itu pula yang membuat Acehmendapat sebutan Serambi Makkah. Puncak hubungan baik antara Aceh dan pemerintahan Islam terjadi pada masa Khalifah Utsmaniyah. Tidak saja dalam hubungandagang dan keagamaan, tapi juga hubungan politik dan militer telah dibangun pada masaini. Hubungan ini pula yang membuat angkatan perang Utsmani membantu mengusir Portugis dari pantai Pasai yang dikuasai sejak tahun 1521. Bahkan, pada tahun-tahunsebelumnya Portugis juga sempat digemparkan dengan kabar pemerintahan Utsmaniyang akan mengirim angkatan perangnya untuk membebaskan Kerajaan Islam Malakadari cengkeraman penjajah. Pemerintahan Utsmani juga pernah membantu mengusir Parangi (Portugis) dari perairan yang akan dilalui Muslim Aceh yang hendak menunaikanibadah haji di tanah suci.Selain di Pulau Sumatera, dakwah Islam juga dilakukan dalam waktu yang bersamaan diPulau Jawa. Prof. Hamka dalam Sejarah Umat Islam mengungkapkan, pada tahun 674sampai 675 masehi duta dari orang-orang Ta Shih (Arab) untuk Cina yang tak lain adalahsahabat Rasulullah sendiri Muawiyah bin Abu Sofyan, diam-diam meneruskan perjalananhingga ke Pulau Jawa. Muawiyah yang juga pendiri Daulat Umayyah ini menyamar sebagai pedagang dan menyelidiki kondisi tanah Jawa kala itu. Ekspedisi ini mendatangiKerajaan Kalingga dan melakukan pengamatan. Maka, bisa dibilang Islam merambahtanah Jawa pada abad awal perhitungan hijriah.Jika demikian, maka tak heran pula jika tanah Jawa menjadi kekuatan Islam yang cukup besar dengan Kerajaan Giri, Demak, Pajang, Mataram, bahkan hingga Banten danCirebon. Proses dakwah yang panjang, yang salah satunya dilakukan oleh Wali Songoatau Sembilan Wali adalah rangkaian kerja sejak kegiatan observasi yang pernahdilakukan oleh sahabat Muawiyah bin Abu Sofyan.Peranan Wali Songo dalam perjalanan Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa sangatlah tidak bisa dipisahkan. Jika boleh disebut, merekalah yang menyiapkan pondasi-pondasi yang kuat dimana akan dibangun pemerintahan Islam yang berbentuk kerajaan.
Kerajaan Islam di tanah Jawa yang paling terkenal memang adalah Kerajaan Demak. Namun, keberadaanGiri tak bisa dilepaskan dari sejarah kekuasaan Islam tanah Jawa.Sebelum Demak berdiri, Raden Paku yang berjuluk Sunan Giri atau yang nama aslinyaMaulana Ainul Yaqin, telah membangun wilayah tersendiri di daerah Giri, Gresik, JawaTimur. Wilayah ini dibangun menjadi sebuah kerajaan agama dan juga pusat pengkaderan dakwah. Dari wilayah Giri ini pula dihasilkan pendakwah-pendakwah yangkelah dikirim ke Nusatenggara dan wilayah Timur Indonesia lainnya.
Giri berkembang dan menjadi pusat keagamaan di wilayah Jawa Timur. Bahkan, BuyaHamka menyebutkan, saking besarnya pengaruh kekuatan agama yang dihasilkan Giri,Majapahit yang kala itu menguasai Jawa tak punya kuasa untuk menghapus kekuatanGiri. Dalam perjalanannya, setelah melemahnya Majapahit, berdirilah Kerajaan Demak.Lalu bersambung dengan Pajang, kemudian jatuh ke Mataram.Meski kerajaan dan kekuatan baru Islam tumbuh, Giri tetap memainkan peranannyatersendiri. Sampai ketika Mataram dianggap sudah tak lagi menjalankan ajaran-ajaranIslam pada pemerintahan Sultan Agung, Giri pun mengambil sikap dan keputusan. Girimendukung kekuatan Bupati Surabaya untuk melakukan pemberontakan pada Mataram.Meski akhirnya kekuatan Islam melemah saat kedatangan dan mengguritanya kekuasaan penjajah Belanda, kerajaan dan tokoh-tokoh Islam tanah Jawa memberikan sumbangsihyang besar pada perjuangan. Ajaran Islam yang salah satunya mengupas makna dansemangat jihad telah menorehkan tinta emas dalam perjuangan Indonesia melawan penjajah. Tak hanya di Jawa dan Sumatera, tapi di seluruh wilayah Nusantara.Muslim Indonesia mengantongi sejarah yang panjang dan besar. Sejarah itu pula yangmengantar kita saat ini menjadi sebuah negeri Muslim terbesar di dunia. Sebuah sejarahgemilang yang pernah diukir para pendahulu, tak selayaknya tenggelam begitu saja.Kembalikan izzah Muslim Indonesia sebagai Muslim pejuang. Tegakkan kembalikebanggaan Muslim Indonesia sebagai Muslim bijak, dalam dan sabar.Kita adalah rangkaian mata rantai dari generasi-generasi tangguh dan tahan uji. Makasekali lagi, tekanan dari luar, pengkhianatan dari dalam, dan kesepian dalam berjuang tak seharusnya membuat kita lemah. Karena kita adalah orang-orang dengan sejarah besar.Karena kita mempunyai tugas mengembalikan sejarah yang besar.

Wallahu a’lam.

Herry Nurd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar