Pintu Masuk Te Papa
Wellington, sekali lagi merupakan ibukota negri Selandia Baru yang tenang dan aman. Dan kota ini dipenuhi juga oleh banyaknya museum-museum yang cantik dan yang terpenting adalah hampir semuanya dapat dikunjungi dengan gratis. Dan unutk sementara, bolehlah kita melupakan kepadatan dan kemacetan Jakarta.
Dari hotel saya di kawasan Wakefield Street, cukup berjalan kaki sekitar tiga menit melewati Taranaki street dan kemudian belok kanan di Cable street. Dari kejauhan sebenarnya gedung museum yang berlantai enam ini sudah kelihatan megah dan juga menjadi salah satu ikon kota Wellington.
“It is a must see when you are in Wellington”, resepsionis di hotel saya menyarankan saya untuk pergi ke museum ini sebagai tujuan pertama dalam lawatan ke kota yang disebut “The coolest little Capital in the world” ini. Dan kebetulan buku Official Travel Guide yang saya dapatkan di lobby hotel juga memuat tempat ini sebagai nomer satu di antara top ten things to do in Wellington.
Te Papa - Our Place
Sesampai nya di halamannya yang luas, sebuah tugu berbentuk bilah menyambut saya. Tertulis dalam warna putih berdasar hijau dengan besar “Te Papa”. Sementara di bawahnya tertulis terjemahannya dalam Bahasa Inggris yaitu “Our Place”. Di halaman yang luas ini juga dengan gagah berkibar beberapa buah bendera kebangsaan New Zealand yang berwarana biru dengan Union Jack kecil di sudut kiri atas dan empat buah bintang berwarna merah putih menghiasi bendera ini. Sementara bangunan klasik Circa Theater juga berada di sekitar Bangunan megah ini, seakan-akan ikut menghiasi halaman museum ini dengan manisnya.Bendera NZ
Elang dan Emu
Selain itu, sebuah pameran mengenai dashyatnya gempa bumi yang sering terjadi di negri ini juga membuat kita sadar bahwa negri yang indah ini pun rentan terhadap gempa bumi dan bencana alam lainnya. Selain gempa bumi yang baru saja tahun 2011 terjadi di Christchurch, juga dipamerkan tentang gempa bumi hebat yang melanda Tarawera pada 1886. Dan yang paling menarik adalah penjelasan tentang EQC atau Eatrhquake Commission yang merupakan suatu badan pertanggungan yang memberikan perlindungan asuransi bila terjadi gempa bumi.
Treaty dalam dua bahasa
Menariknya, perjanjian yang ditulis dalam bahasa Inggris dan Bahasa Maori ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan dalam dua versi tersebut. Versi Maori dibuat lebih memihak bangsa Maori, sedangkan versi Inggris dibuat dengan tujuan untuk membuat tanah New Zealand atau Aoteaora sebagai tanah jajahan Inggris. Dua versi perjanjian itu pun dipamerkan di sini.
Masih banyak pameran menarik di dalam museum ini yang kalau mau dikunjungi semua tidak akan habis dalam dua hari, namun tempat yang menarik lagi adalah Te Marae, yang terletak di lantai empat. Tempat ini merupakan tempat bekumpulnya suku Maori dan dirancang dengan indah penuh hiasan yang menampilkan keindahan seni bangsa Maori.
Setelah lebih tiga jam, dan sempat juga mampir ke wharepaku atau toilet, maka sayapun kembali turun ke lantai dasar, mengambil tas yang dititipkan dan kemudian meninggalkan museum Te Papa yang di sebut sebagai Tempat Kami oleh orang New Zealand.kata-kata bijak
Sambil berjalan menyusuri “waterfront” kota Wellington saya pun termenung akan arti sebuah museum, yang menyimpan kekayaan seni, budaya, keindahan alam dan juga keganasan sejarah. Benarlah sebuah pesan oleh seorang pemimpin bangsa Maori yang tetulis di dalam museum ini: Nga Toki heke! , Maringi Kino E Toha Ma Ra, Te Whenua Pamamao yang artinya : Blood was shed! Spilt and Scattered, in a Distant Land.
Taufikuikes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar