Kamis, 19 April 2012

Ahkam Al-Jihad, Resolusi Jihad Izzuddin bin Abdus Salam (3-habis)

Ahkam Al-Jihad, Resolusi Jihad Izzuddin bin Abdus Salam (3-habis)

Kitab (ilustrasi).

Selain mengutarakan seruan dan keutamaan berjihad, Izzuddin juga menekankan agar jihad melawan musuh (penjajah) harus dilakukan dengan niat yang ikhlas. Para tentara harus dipersiapkan dengan baik.

Persiapan yang dimaksud menyangkut kesiapan mental prajurit dan ketersediaan alat, transportasi, dan logistik selama masa perang. Dan, pimpinan tertinggi dianjurkan memyampaikan tausiyah mereka kepada para tentara sebelum berangkat menuju medan peperangan.

"Pesan yang disampaikan itu merupakan bentuk aplikasi amar makruf nahi munkar," papar Izzudin. Hal itu, kata dia, pernah dicontohkan oleh Rasullullah. Dalam wasiatnya tersebut, Rasulullah mengajak agar berperang atas nama Allah, memerangi mereka yang kufur terhadap-Nya.

Dan, tak kalah penting, di antara wasiat Rasulullah itu yaitu memberi peringatan kepada serdadu agar tidak membabi buta selama berperang, tidak berkhianat, menghancurkan tempat ibadah, merusak pepohonan, dan tidak membunuh anak-anak serta mereka yang uzur, seperti wanita atau para lansia.

Ketika berperang, lanjut Izzuddin, penggunaan lafal takbir diperbolehkan. Mengucapkan takbir saat berperang menunjukkan kebesaran Allah atas keyakinan orang kafir terhadap Sang Pencipta.

Ketika perang Khaibar berlangsung, Rasulullah mengumandangkan lafal, "Allahu Akbar, takluklah Khaibar. Ketika kami telah turun di pelataran suatu kaum, maka ini bertanda buruk bagi para musuh."

Sedangkan, waktu yang tepat memulakan berperang ialah pagi menjelang siang. Bila kondisi tidak memungkinkan maka bisa ditunda sampai tepat pada waktu siang. Waktu ini dipilih karena lebih mendukung karena tidak terlalu panas dan daya tubuh masih cukup membaik.

Seni berperang yang efektif ialah dengan menarget anggota tubuh yang dianggap vital, yaitu leher dan lengan. Jika kedua anggota itu tercederai maka besar kemungkinan lawan akan lumpuh.

Hal yang lazim dihindari selama masa perang ialah berbeda pendapat dan berselisih. Perpecahan di barisan tentara akan mengancam soliditas dan kekuatan. Bahkan, bisa memorak-porandakan satu sama lain.

Allah SWT berfirman, "Dan, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Anfaal: 46).


Redaktur: Chairul Akhmad

Reporter: Nashih Nashrullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar